Di bawah ini adalah contoh menulis kreatif naskah drama dari sebuah cerita yang berjudul "Putri Nilarani". Hanya untuk contoh yaa.... :)
~ Putri Nilarani ~
Dahulu kala, di Provinsi Jawa Barat ada sebuah negeri bernama
Kerajaan Pasir Batang. Rajanya bernama Marundata. Ia mempunyai seorang putri cantik bernama
Nilarani.
Suatu hari, seluruh penghuni kerajaan menjadi risau karena Putri
Nilarani hilang tanpa meninggalkan jejak. Raja Marundata pun mengerahkan
prajuritnya untuk mencari putrinya.
Raja Marundata
|
:
|
“ Prajurit, tolong kau dan seluruh prajurit yang lain pergi
mencari Putri Nilarani! Setelah itu,
kau kabarkan kepadaku hasil pencarianmu dan prajurit yang lain!”
|
Prajurit
|
:
|
“Baik Paduka, hamba akan segera melaksanakan tugas hamba itu.” (pergi
meninggalkan tempat itu)
|
Beberapa hari kemudian.....
Prajurit
|
:
|
(datang, lalu bertekuk lutut merendah diri pada Raja Marundata)
”Maaf Paduka, hamba dan seluruh prajurit yang lain telah berusaha mencari
Putri Nilarani. Kami telah mencari sampai pelosok negeri, tetapi kami tetap
tidak menemukan Putri Nilarani. Sekali lagi, maafkan hamba Paduka.” (sedih
disertai rasa takut)
|
Raja Marundata
|
:
|
(cemas) “Benarkah itu?”
|
Prajurit
|
:
|
“Benar Paduka.”
|
Raja Marundata
|
:
|
“Oh, Ya Tuhan! Dimanakah putriku?” (sedih dan bingung)
|
Setelah mengerahkan seluruh prajuritnya, Raja Marundata menemukan
ide. Ia akan mengadakan sayembara.
Raja Marundata
|
:
|
“Aku akan mengadakan sayembara. Barang siapa yang dapat menemukan
Putri Nilarani, kalau dia laki-laki, akan dinikahkan dengan putri. Kalau dia
wanita, akan diangkat sebagai saudara dan dihargai seperti layaknya seorang
putri kerajaan.”
|
Setelah sayembara diumumkan, maka berdatanganlah para ksatria dari
berbagai kerajaan. Ada seorang putra mahkota Kerajaan Gantar Buana yang tampan
dan gagah perkasa bernama Pangeran
Sumirat. Ia tidak bermaksud mengikuti sayembara tersebut, namun ia berusaha
menemukan Putri Nilarani.
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Saya merasa sedih mendengar nasib Putri Nilarani yang sampai
sekarang belum ditemukan. (sambil berpikir) Saya harus bisa menemukan
Putri Nilarani.”
|
Ditemani Ki Bela, seorang abdi setianya, Pangeran Sumirat
meninggalkan Kerajaan Gantar Buana untuk mencari Putri Nilarani.
Akhirnya, mereka sampai di desa Banyubiru yang kebetulan hari itu
‘hari pasar’. Pandangan mereka dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis
berkulit hitam legam sedang membeli ‘ramuan’ di sebuah kios.
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Kalau kulitnya tidak hitam legam, dia sebenarnya gadis cantik.
Hem, mari kita selidiki siapa dia sebenarnya!” (sambil mengelus dagunya
dan berpikir serius)
|
Ki Bela
|
:
|
(mengangguk) “Baik Pangeran!”
|
Merasa ada yang memerhatikan, gadis berkulit hitam legam itu segera
meninggalkan kios. Lalu, Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengikuti perjalanan
gadis itu. Gadis hitam legam itu tiba di sebuah gubuk.
Putri Nilarani
|
:
|
(menunduk dan ketakutan) “Ini, Nek, sudah saya belikan
ramuannya.”
|
Nenek Sihir
|
:
|
“Kau telah melaksanakan tugas dengan baik (senang dan tertawa
kecil). Ramuan ini akan aku gunakan untuk mengobati Duruwiksa, cucuku
yang telah nyaris dibinasakan oleh ayahmu!” (marah)
|
Ternyata gadis hitam legam yang diikuti oleh Pangeran Sumirat dan
Ki Bela adalah putri Nilarani yang diculik oleh Nenek Sihir. Pangeran Sumirat
dan Ki Bela mengetahuinya karena mengintip dari balik jendela.
Pangeran Sumirat
|
:
|
(berbisik kepada Ki Bela) ”Sekarang saatnya kita menolong
gadis hitam yang ternyata Putri Nilarani itu!”
|
Ki Bela
|
:
|
“Baik Pangeran!”
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Ayo kita dobrak pintu gubuk itu!”
|
Mereka berdua mendobrak pintu gubuk itu. Penghuni gubuk terkesiap
dan segera mengadakan perlawanan.
Ki Bela
|
:
|
“Hei, Nenek Sihir! Kau telah menculik Putri Nilarani. Sebagai balasannya
kami akan memusnahkan kau!”
|
Nenek Sihir
|
:
|
(tertawa lantang) “Hahaha...!!! Kalian tidak akan mungkin
bisa memusnahkanku.” (tersenyum)
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Diam kau! Aku akan melawanmu!” (menendang keras ke arah Nenek
Sihir)
|
Nenek Sihir
|
:
|
“Tidak!!!” (terpelanting dan jatuh di atas tungku berapi)
|
Karena saat itu api tungku sedang berkobar, akibatnya gubuk itu
terbakar. Pangeran Sumirat dan Ki Bela segera membawa Putri Nilarani keluar
dari gubuk. Namun, sebelum keluar dari gubuk Ki Bela berhasil mengambil ramuan
yang dapat memulihkan Putri Nilarani.
Setelah mencari tempat yang aman, Putri Nilarani segera minum
ramuan itu. Setelah itu, ia menggigil dan pingsan.
Pangeran Sumirat
|
:
|
(khawatir) “Apakah kau tidak salah ambil kendinya?”
|
Ki Bela
|
:
|
“Tidak, percayalah.” (meyakinkan)
|
Tubuh Putri Nilarani menjadi kaku dan tiba-tiba mengepulkan asap ke
biru-biruan. Perlahan-lahan warna kulit hitam itu luntur, berubah menjadi
kuning langsat. Putri Nilarani sadar dan menatap wajah Pangeran Sumirat dan Ki
Bela.
Putri Nilarani
|
:
|
(sambil terbata) “Saya ucapkan terima kasih atas
pertolongan Tuan-Tuan.”
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
(sambil merendah) “Berterima kasihlah kepada Yang Kuasa.
Karena kehendak-Nya, kau bisa pulih seperti sedia kala.”
|
Putri Nilarani
|
:
|
(tersenyum) “Ya, Pangeran. Maaf, bolehkah saya mohon
antarkan saya pulang ke Istana Kerajaan Pasir Batang? Saya rindu sekali
dengan ayah saya.”
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Tentu saja, kami tidak keberatan.”
|
Putri Nilarani, Pangeran Sumirat, Ki Bela pergi ke Istana Kerajaan
Pasir Batang. Raja Marundata bersama Permaisuri menyambut gembira saat Putri
Nilarani datang.
Raja Marundata
|
:
|
(mengeluarkan air mata) “Nak, ayah dan ibu sudah sangat
merindukanmu, akhirnya kau kembali juga.” (memeluk Putri Nilarani)
|
Permaisuri
|
:
|
“Ya, itu benar putriku.” (ikut memeluk Putri Nilarani)
|
Putri Nilarani
|
:
|
(meneteskan air mata) “Aku juga sangat merindukan ayah dan
ibu. Berterima kasihlah kepada mereka yang telah menolongku dari Nenek
Sihir.”
|
Raja Marundata
|
:
|
(melepaskan pelukannya) “Tunggu, siapakah kalian? (penasaran)
Aku sangat berterima kasih kepada kalian karena kalian telah menolong
putriku.”
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Saya Pangeran Sumirat dari Kerajaan Gantar Buana. Dan ini abdi
setia saya yang bernama Ki Bela.”
|
Raja Marundata
|
:
|
“Seperti sayembara yang telah saya buat, saya tidak akan ingkar
janji. Karena kau telah menolong putriku, maka saya akan menikahkanmu dengan
Putri Nilarani. Apakah engkau bersedia?”
|
Pangeran Sumirat
|
:
|
“Keputusan saya, bergantung pada keputusan Putri Nilarani.
Bagaimana Putri? Apakah kau mau menjadi pasanganku?”
|
Putri Nilarani
|
:
|
(tersenyum dan mengangguk) “Saya bersedia menjadi
pasanganmu.”
|
Akhirnya, Putri Nilarani menikah dengan Pangeran Sumirat. Mereka
menjadi pasangan yang berbahagia sampai akhir hayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar