Translate This Blog

Sabtu, 11 Mei 2013

Peribahasa Indonesia

1.       Ada asap ada api.
Tak dapat dipisahkan, munculnya suatu kejadian / masalah pasti ada penyebabnya.

2.     Ada gula ada semut.
Di mana banyak kesenangan di situlah banyak orang datang.

3.     Ada udang di balik batu.
Ada suatu maksud yang tersembunyi.

4.     Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut.
Meminta hendaknya kepada yang punya, bertanya hendaknya kepada yang pandai.

5.     Air beriak tanda tak dalam.
Orang yang banyak bicara biasanya kurang ilmunya.

6.     Air besar batu bersibak.
Persaudaraan akan bercerai berai apabila terjadi perselisihan.

7.     Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Biasanya sifat anak menurut teladan orang tuanya juga.

8.     Air susu dibalas dengan air tuba.
Kebaikan dibalas dengan kejahatan / keburukan.

9.     Air tenang jangan disangka tiada buayanya.
Orang yang diam jangan disangka pengecut.

10.            Air tenang menghanyutkan.
Orang yang pendiam biasanya banyak pengetahuannya.

11.           Air diminum rasa duri, nasi dimakan rasa sekam.
Tidak enak makan dan minum ( biasanya karena terlalu bersedih / duka ).

12.            Alah bisa karena biasa.
Segala kesukaran tak akan terasa lagi bila sudah biasa.

13.            Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan.
Selalu membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan sendiri.

14.            Anjing menggonggong, khafilah berlalu.
Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa.

15. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusui.
Selalu membereskan urusan orang lain tanpa mempedulikan urusan sendiri.

16. Api dalam sekam.
Perbuatan jahat yang tak tampak.

17. Bagai api dengan asap.
Tidak dapat dipisahkan.

18. Bagai bara dalam sekam.
Perbuatan jahat yang tak tampak.

19.            Bagai bulan kesiangan.
Pucat dan lesu.

20. Bagai duri dalam daging.
Selalu terasa tidak menyenangkan hati.

21.            Bagai kacang lupa akan kulitnya.
Tidak tahu diri, lupa akan asalnya.

22.            Bagai katak dalam tempurung.
Sangat sedikit pengetahuannya, kurang luas pandangannnya.

23. Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.
Hidup dalam kesukaran / kesengsaraan.

24.            Bagai kerbau dicocok hidung.
Menurut saja apa yang menjadi keinginan orang.

25. Bagai mencincang air.
Mengerjakan perbuatan yang sia-sia.

26.            Bagai mendapat durian runtuh.
Mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka tanpa harus bersusah payah mendapatkannya.

27.            Bagai menegakkan benang basah.
Melakukan pekerjaan yang mustahil dapat dilaksanakan.

28.            Bagai mentimun dengan durian.
Orang yang lemah / miskin melawan orang kaya / kuat.

29.            Bagai musang berbulu ayam.
Orang jahat bertingkah laku sebagai orang baik.

30.            Bagai musuh dalam selimut.
Musuh dalam kalangan / golongan sendiri.

31.            Bagai pagar makan tanaman.
Orang yang merusak barang / sesuatu yang diamanatkan kepadanya.

32.            Bagai pinang dibelah dua.
Dua orang yang serupa benar.

33.            Bagai pungguk merindukan bulan.
Seseorang yang merindukan kekasihnya, tetapi cintanya tak terbalaskan.

34.            Bagai telur di ujung tanduk.
Sesuatu keadaan yang sangat sulit.

35.            Bagaikan air dengan minyak.
Tak dapat bersatu.

36.            Bagai air di daun talas.
Selalu berubah-ubah atau tidak tetap pendiriannya.

37.            Bagai anak ayam kehilangan induk.
Bercerai berai karena kehilangan tumpuan.

38. Bagai kebakaran janggut.
Bingung tidak keruan.

39.            Belum bertaji hendak berkokok.
Belum berilmu/kaya/berkuasa sudah hendak menyombongkan diri.

40. Belum beranak sudah ditimang.
Belum berhasil, tetapi sudah bersenang-senang lebih dulu.

41. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Bersama-sama dalam suka dan duka, baik buruk sama-sama ditanggung.

42. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
Biarpun banyak rintangan dalam usaha kita, kita tidak boleh putus asa.

43. Bergantung pada akar lapuk.
Mengharapkan bantuan dari orang yang tidak mungkin memberikan bantuan.

44. Berguru ke padang datar, dapat rusa belang kaki. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.
Belajar harus sungguh-sungguh, jangan terputus di tengah jalan.

45. Bermain air basah,bermain api hangus.
Setiap pekerjaan atau usaha ada susahnya.

46. Bertepuk sebelah tangan.
Kebaikan yang hanya dari satu pihak.

47. Besar pasak daripada tiang.
Besar pengeluaran daripada pendapatan.

48. Biduk lalu kiambang bertaut.
Lekas berbaik atau berkumpul kembali. ( Seperti perselisihan antara sanak keluarga yang kembali rukun ).

49.            Bumi tidak selebar daun kelor.
Dunia tidak sempit.

50.            Cepat kaki ringan tangan.
Suka menolong sesama umat.

51.            Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.
Daripada hidup menanggung malu lebih baik mati.

52.            Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang.
Lebih baik mati daripada menanggung malu.

53. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri.
Sebaik-baik negeri orang tidak sebaik di negeri sendiri.

54.            Datang tampak muka, pulang tampak punggung.
Datang dan pergi hendaklah memberi tahu.

55.            Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
Kita harus menyesuaikan diri dengan adat dan keadaan tempat tinggal yang kita tempati.

56.            Duduk sama rendah, tegak ( berdiri ) sama tinggi.
Sama kedudukannya ( tingkatannya atau martabatnya ).

57.            Esa hilang, dua terbilang.
Berusaha terus dengan keras hati hingga maksud tercapai.

58.            Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak / Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat.
Kesalahan / aib sendiri yang besar tidak tampak, kesalahan / aib orang lain meskipun sedikit tampak jelas.

59.            Gajah mati karena gadingnya.
Orang yang mendapat kecelakaan atau binasa karena keunggulannya / tabiatnya.

60.            Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Orang terkenal jika ia mati dalam beberapa lama masih disebut-sebut orang namanya.

61.            Gali lubang, tutup lubang.
Berhutang untuk membayar hutang yang lain.

62.            Gayung bersambut, kata berjawab.
Menangkis serangan orang, menjawab perkataan orang.

63.            Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Kelakuan orang bawahan selalu mencontoh kelakuan atasannya.

64.            Habis manis sepah dibuang.
Sesudah tidak berguna lagi lalu dibuang / tidak dipedulikan lagi.

65.            Hancur badan dikandung tanah, budi baik terkenang jua.
Budi bahasa / perbuatan yang baik tidak akan dilupakan orang.

66.            Hangat-hangat tahi ayam.
Kemauan yang tidak tetap.

67.            Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan.
Mengharapkan sesuatu yang belum tentu, barang yang sudah ada dilepaskan.

68.            Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
Keinginan atau cita-cita yang mustahil dapat dicapai.

69.            Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai.
Orang yang hidup hemat akan menjadi kaya, orang yang rajin belajar akan menjadi pandai.

70.            Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah.
Selama hidup orang harus taat kepada adat kebiasaan dalam masyarakat.

71.            Jauh panggang dari api.
Banyak bedanya, tidak kena, tidak benar.

72.            Jauh di mata dekat di hati.
Meskipun tempat tinggal jauh tetapi jiwa / hati selalu merasa dekat.

73.            Kalah jadi abu menang jadi arang.
Pertengkaran / permusuhan akan merugikan kedua belah pihak ( sama-sama merugi ).

74.            Kalau pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang.
Jika dapat mengatasi kesukaran tentu maksud dapat dicapai.

75.            Karena nila setitik, rusak susu sebelanga.
Karena kejahatan atau kesalahan yang kecil, hilang kebaikan yang telah diperbuat.

76.            Katak hendak jadi lembu.
Orang hina / miskin / rendah hendak menyamai orang besar / kaya; congkak; sombong.

77.            Kecil-kecil cabai rawit.
Kecil, tetapi cerdik / pemberani / membahayakan.

78.            Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lainan.
Setiap orang berbeda pendapatnya.

79.            Lain di mulut lain di hati.
Yang dikatakan / diucapkan berbeda dengan isi hatinya.

80.            Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
Tiap-tiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya.

81.            Lempar batu sembunyi tangan.
Melakukan sesuatu, kemudian berdiam diri seolah-olah tidak tahu menahu.

82.            Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya.
Lepas dari bahaya yang besar, jatuh ke dalam bahaya yang lebih besar lagi.

83.            Lidah tak bertulang.
Mudah saja mengatakan / menjanjikan sesuatu, yang berat adalah melaksanakannya.

84.            Lubuk akal tepian ilmu.
Orang cerdik pandai, umumnya tempat untuk bertanya.

85.            Malu bertanya sesat di jalan.
Kalau tidak mau berikhtiar tidak akan mendapat kemajuan.

86.            Menggantang asap.
Melakukan perbuatan yang sia-sia.

87.            Menohok teman seiring dalam lipatan.
Mencelakakan teman sendiri.

88.            Musang berbulu ayam.   
Orang jahat bersikap seperti orang baik.

89.            Musuh dalam selimut.   
Musuh dalam kalangan / lingkungan sendiri.

90.            Nasi sudah menjadi bubur.   
Sudah terlajur, tidak dapat diperbaiki atau diubah lagi.

91.            Sehari selembar benang, lama-lama menjadi sehelai kain.   
Pekerjaan sulit yang dikerjakan dengan penuh kesabaran, lama-lama akan berhasil juga.

92.            Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.   
Sekali melakukan pekerjaan, beberapa maksud tercapai.

93.            Seorang makan cempedak, semua kena getahnya.   
Seorang berbuat salah, semua dianggap salah juga.

94.            Seperti cacing kepanasan.   
Tidak tenang, selalu gelisah.

95.            Seperti durian dengan mentimun.   
Orang lemah / miskin / bodoh melawan orang kuat / kaya / pandai.

96.             Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.   
Pikir dahulu masak-masak sebelum berbuat sesuatu ( pikirkan untung dan ruginya ).

97.            Setali tiga uang.   
Sama saja, tidak ada bedanya.

98.            Serigala berbulu domba.   
Orang yang kelihatannya bodoh dan penurut tetapi sebenarnya kejam, jahat, dan curang.

99.             Tak ada gading yang tak retak.   
Tidak ada sesuatu yang tidak ada cacatnya.

100.  Tiada rotan akarpun jadi.  
 Kalau tidak ada yang baik, yang kurang baik pun boleh juga.

101.  Tahu asam garamnya.   
Tahu seluk beluknya / berpengalaman.

102.  Tong kosong nyaring bunyinya.   
Orang yang bodoh biasanya banyaknya cakapnya/ pembicaraannya.

103.  Umur setahun jagung.   
Belum berpengalaman.